Pemikiran bid’ah yang ada pada Shufiyah ini
menjerumuskan mereka kepada perkara- perkara yang menghinakan. Kami akan
sampaikan apa yang telah diterangkan Asy- Syaikh Muqbil rahimahullahu ketika
menjelaskan kejelekan-kejelekan Shufiyah. Beliau rahimahullahu
berkata:
“…Di antara khurafat Shufiyah adalah mereka mengharamkan
atas diri mereka apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala halalkan berupa menikah
–padahal menikah merupakan sunnah para rasul–. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman dalam kitab- Nya:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا
لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً
“Kami telah utus para rasul sebelum engkau serta kami
berikan kepada mereka istri dan keturunan.” (Ar-Ra’d: 38)
Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata:
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ،
وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
“Dibuat cinta kepadaku dari dunia kalian minyak wangi
dan wanita, serta dijadikan penyejuk mataku adalah shalat.”
Datang tiga orang kepada istri Nabi, bertanya tentang
ibadah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika diberi kabar sepertinya mereka
menganggap sedikit, maka sebagian mereka berkata: ‘Adapun saya, akan shalat
malam dan tak akan tidur.’ Yang lain berkata: ‘Aku akan puasa dan tak akan
berbuka.’ Yang lainnya lagi berkata: ‘Aku tak akan menikahi wanita.’ Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam datang dan diberi tahu tentang ucapan mereka ini.
Beliaupun berkata:
أَنْتُمْ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا، أَمَا وَاللهِ
إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ
وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي
فَلَيْسَ مِنِّي
“Kalian yang berkata demikian dan demikian, ketahuilah
aku adalah orang yang paling takut di antara kalian kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala dan paling bertakwa. Akan tetapi aku shalat malam dan tidur, aku berpuasa
serta berbuka, dan aku menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku maka
dia bukan berada di atas jalanku.”
Rabbul ‘Izzah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ
مَا أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُوا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan
apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.” (Al-Ma`idah: 87)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam
Al-Qur`an:
يَابَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
shalat, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang- orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:
31)
Mereka menahan diri mereka dari wanita (tidak mau
menikah, pen.). Siapakah yang mereka ikuti? (Mereka) mengikuti tokoh-tokoh
Nashrani dan ‘abid (para ahli ibadah) dari kalangan Yahudi.
Akan tetapi, ketika mereka enggan kepada wanita, apa
yang mereka lakukan? Mereka terfitnah oleh amrad (laki-laki yang wajahnya mirip
wanita). Sampai pernah terjadi, seorang (Shufi) kasmaran kepada seorang amrad
(sebagaimana dalam kitab Talbis Iblis). Ketika keduanya dipisah, dia berusaha
untuk masuk menemuinya dan membunuhnya. Kemudian dia menangis di sisinya serta
mengaku bahwa dialah yang membunuhnya. Ketika bapak si anak tersebut datang,
diapun berkata: “Aku yang membunuhnya, aku minta kepadamu dengan nama Allah
Subhanahu wa Ta'ala untuk meng-qishash-ku.” Tapi bapak si anak ini memaafkannya.
Maka orang ini kemudian melakukan haji dan menadzarkan pahala hajinya bagi anak
tersebut.
Dan yang lebih menjijikkan dari ini adalah ada seorang
(dari kalangan Shufiyah, pen.) melakukan perbuatan nista (yakni
liwath/homoseksual) dengan seorang anak kecil. Kemudian dia naik ke atap rumah
–kebetulan rumahnya di atas laut– dan dia lemparkan dirinya (bunuh diri) seraya
membaca ayat Allah Subhanahu wa Ta'ala:
فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا
أَنْفُسَكُمْ
“Maka bertaubatlah kepada Rabb yang menjadikan kamu dan
bunuhlah dirimu.” (Al- Baqarah: 54)
Demikianlah keadaan Shufiyah. Masih banyak lagi
kenistaan dan kebobrokan mereka, yakni dalam masalah wanita...” (Al-Mushara’ah,
hal. 378-379, dengan sedikit perubahan)
Hendaknya seorang muslim menjaga agamanya dan mendasari
setiap amalnya dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Janganlah seseorang beramal hanya
berdasarkan akal dan perasaan semata. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ
رَبِّكُمْ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb
kalian.” (Al-A’raf: 3)
Ketahuilah, di antara sebab kesesatan manusia adalah
ketika bersandar kepada akal dan perasaannya semata dalam beragama, seperti apa
yang menimpa kaum Shufiyah. Mudah-mudahan kita senantiasa mendapatkan taufiq
sampai akhir hayat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar